Bab 1 “ aku vs kamu”
“ Yn...! cepetan donk !” seru mamanya
memanggil yn yang sedari tadi hanya berputar-putar di dalam kamar tanpa
mengerjakan apapun. “ Iya ma, bentar lagi !” seru yn panik dan cepat-cepat
bersiap-siap untuk pergi kesekolah. “Aduh, dari dulu sampai sekarang kamu masih
aja suka bengong di dalam kamar.” Seru mama yn yang kesal menunggu yn keluar
dari kamar. “ Iya ma, nih yn datang!” kata yn pada mamanya untuk meredakan
emosinya. “Udah cepat sarapan, ntar terlambat lho kesekolahnya” kata mama yn
seraya menyodorkan piring berisi nasi dan lauk pauk. “ Thanks ya ma, mama baik
deh!” puji yn agar mama mau menuruti kemauan yn yang belum yn sebutkan.
“Alah, udah ngomong aja, gak usah pake
muji-muji segala deh!” kata mama yn mengetahui maksud yn. “ Ehm, ngomong apa
sih ma?, yn gak pengen ngomong apa-apa kok.” Kata yn menyangkal tapi dengan
wajah merah menahan malu karena mama sudah mengetahui maksud yn. “ Udahlah, gak
usah menyangkal terus, ngomong aja terus terang. Kalau boleh jujur, sebenarnya
mama itu udah tahu apa mau kamu sebenarnya.” Kata mama yang ternyata sudah
lebih dulu mengetahui maksud yn sebenarnya. “ Yah, seperti biasa, mama selalu
bisa menebak keinginan yn. Tapi, untuk memastikan, emang mau yn apa ma?” tanya
yn pada mama yang sebenarnya tidak perlu yn tanyakan. “ Alah, paling-paling
kamu mau dibelikan motor.” Kata mama dengan nada yang misterius. “ Wah, mama
hebat deh!” kataku pada mama, senang. “ Jadi bagaimana ma? Boleh gak?” tanya yn
pada mama. “ Ehm, bagaimana ya? Mama itu lebih tahu kebutuhan kamu sebelum kamu
mengetahuinya. Jadi berhubung minggu depan adalah ulang tahunmu yang ke-16
tahun, ntar mama berikan motor sebagai hadiahnya.” Terang mama kepada yn yang
langsung membuat yn senang bukan kepalang dan langsung memeluk mama. “Thanks ya
ma! Mama ini mama terbaik dan terhebat yang pernah ada !” seru yn seraya
memeluk mamanya. “Iya,Iya ! Ya sudah, cepat habiskan ntar kamu terlambat.” Kata
mama memperingatkan yn. “ Owh, iya benar juga! Kalau begitu yn pamit dulu ya
ma.” Yn pun pamit kemudian cepat-cepat berangkat ke sekolah.
Entah mengapa yn merasa sangat bersemangat
hari ini, mungkin karena ini merupakan hari pertama yn menginjak bangku SMA,
atau mungkin juga karena hadiah yang dijanjikan mamanya pada yn nanti, yang
jelas yn merasa akan ada hal menarik yang terjadi hari ini. Karena keasyikan
berfikir, yn sampai tidak ingat kalau aku sedang berjalan. Tiba-tiba saja yn
merasa seperti menubruk sesuatu yang membuat yn tersadar dari lamunannya.
Ternyata memang benar, yn menabrak sebuah tong sampah yang kemudian
menggelinding sehingga semua sampah didalamnya tumpah berserakan di jalanan. “
Aduh, malah udah hampir jam setengah 7 lagi! Bisa telat gue ini, untung
sekolahnya tinggal beberapa meter lagi dari sini” katanya menyesali perbuatannya.
“Ah, coba tadi gue gak nendang tong sampah itu, pasti gak akan gini jadinya!
Malah sepertinya disini tadi hujan, soalnya banyak genangan airnya.” Kata yn
pada diri sendiri. Belum lama yn membereskan sampah-sampah yang berserakan,
sebuah mobil jazz berwarna hijau yang melaju dengan kecepatan tinggi tiba-tiba
lewat dihadapanku. yn terkejut, secepat kilat aku lompat ke trotoar, yn pun
selamat namun seragamnya tidak. Mobil itu telah menyumbangkan cipratan air ke
seragamnya yang membuat yn basah kuyup. Karena kesal, tanpa fikir panjang lagi
yn berteriak kearah mobil itu. “Brengsek! Kalau nyetir itu pake mata! Udah tahu
ada orang disini!” teriaknya dengan geram. Tanpa yn duga sebelumnya, mobil itu
berhenti dan mundur ke arah yn. yn terkejut dan sempat takut, hampir saja yn
melarikan diri. Tapi, bukan yn namanya kalau kabur sebelum berperang, eh,
maksudnya nyerah sebelum berperang. “Aku sudah memancingnya kemari, masa
sekarang mau kabur sih?” katanya dalam hati. Kini mobil itu tepat berada di
hadapan yn. Seorang pemuda dengan pakaian seragam seperti yn turun dari mobil
tersebut diikuti oleh dua orang kawannya. yn melihat kedua bola mata yang
berwarna biru dan wajah yang kurang bersahabat sepertinya, pada pemuda yang
pertama kali keluar dari mobil tersebut. Kini pemuda bermata biru itu berjalan
tepat kearah yn. “ Nama gue Harry. Sekarang, gue pengen tau nama loe !” kata
pemuda bermata biru itu yang ternyata bernama Harry. Mendengar perkataannya
itu, langsung membuat emosi yn meledak. “ Heh, loe itu gila atau begok sih?
Bukannya minta maaf malah ngajak kenalan. Loe itu nyadar gak sih?!! Karena
perbuatan loe ini seragam gue jadi basah kuyup gini.” Bentak yn pada pemuda
itu. Mendengar perkataan yn, sahabat Harry yang bertubuh lebih tinggi dari
Harry, maju sambil mengepalkan tangan, hendak memukul yn. Tiba-tiba, Harry
mendorong sahabatnya itu dari yn. “ Siapa yang nyuruh loe buat mukul dia? ”
tanya Harry dengan tenang tapi dingin kepada sahabatnya itu. “ Tapi, Bos...”
kata sahabatnya itu hendak mengatakan sesuatu tapi dipotong oleh Harry. “Apa
urusan loe, Niall? Ini urusan gue sama cewek ini.” kata Harry yang masih
tetap tenang. Akhirnya sahabatnya yang dipanggilnya Niall itu mengalah. Namun,
sahabatnya yang memakai rompi dan yang terpendek di antara ketiganya ikut angkat
bicara. “ Heh, cewek aneh! Harry nanya’in nama loe itu bukannya pengen kenalan
sama loe! Tapi, karena dia gak pantes minta maaf sama orang asing apalagi sama
orang yang gak jelas kayak loe!” kata pemuda itu membentak yn. “ What?? Orang
gak jelas? Loe tuh’ yang gak jelas! Seenaknya ngata-ngatain’in orang. Asal loe
tau aja ya, gue tuh’ bukan orang asing, gue punya nama koq! Dan nama gue itu
yn! Loe dengar?!” bentak yn pada ketiga pemuda itu. “ Okay guys! Sekarang kita
bisa pergi. Dan untuk loe yn, tunggu aja kelanjutannya di sekolah nanti. Loe
akan mendapat kejutan besar dari gue.” kata Harry kepadaku yang membuatku
tersentak kaget dan sekaligus bingung mendengar ucapannya. “Apa maksudmu dengan
kata kejutan besa..., hay, mau kemana? Bagaimana dengan seragamku yang kalian
kotori?” belum sempat yn menyelesaikan kalimatnya, Harry dan kawan-kawanya
terlanjur pergi dan meninggalkannya sendirian. “ Sialan!!! Sial banget sih gue
hari ini. Ternyata, perkiraan gue salah! Ini bukan hari yang paling
menyenangkan, melainkan hari yang paling menyebalkan.” Gerutunya dalam hati.
Tiba-tiba yn tersadar akan suatu hal, “ Astaga, ini kan hari pertama sekolah,
lalu bagaimana nasib gue sekarang? Apakah gue harus pulang dan berganti pakaian
dulu? Ah, tidak! Waktunya tidak akan cukup. Tapi, masa’ gue kesekolah dengan
pakaian kotor seperti ini?? Apa yang harus gue lakukan???” . Kini aku panik dan
mondar-mandir di jalanan. “Oh my god! Bagaimana ini???”
###
Bab 2
“ Ada apa sih ???”
“ Ya udalah, gue
pulang aja. Toh, gue gak masuk sekolah juga bukan karena gue, tapi karena
Harry. Atau kalau perlu, dia gue laporin ke kepsek biar dikasih pelajaran tuh
anak.” Sambil terus berjalan ke arah rumah, yn terus saja memaki-maki Harry.
Baru berjalan kira-kira 20 langkah, yn dikagetkan oleh suara klakson yang
berasal dari belakangnya. yn terkejut, saking terkejutnya, yn tak sadar bahwa
kakinya sedang berlari menjauh. Suara klakson itu semakin mendekat kearahnya
dan akhirnya sebuah motor berwarna merah menyala berhenti tepat di
hadapannya. Yn pun menghentikan langkahnya dan langsung menatap kearah wajah
orang yang mengendarainya. Kini, otakku dipenuhi dengan berbagai fikiran, belum
lagi saat yn melihat bahwa dia adalah seorang pemuda. “ Aduh, bagaimana jika
ini yang dimaksudkan oleh kata-kata Harry tadi, Ah, tidak mungkin, tadi Harry
mengatakan kejutan besar di sekolah bukan disini. Tapi, bagaimana jika orang
ini membawa senjata dan ingin mencelakakanku..., Aduh kau ini bagaimana sih yn?
loe jangan berfikir yang macam-macam donk! Dari penampilannya Harry bukan tipe
kriminal koq walaupun sikapnya dingin. Tapi, bagaimana jika...” Kini yn
disibukkan oleh berbagai fikiran yang sebenarnya tak masuk akal. “Hai yn! Udah
lama ya kita gak ketemu.” Kata pemuda itu kepadanya yang langsung membuatnya
tersentak kaget. “Darimana dia tau nama gue? Perasaan gue kenal suaranya, tapi
siapa ya? Mirip suara Zayn, tapi bagaimana mungkin? Zayn masih di Bali kan?
Lagipula, jika dia mau kesini, pasti dia ngabarin gue dulu.” Pikirnya dalam
hati. “ Masa’ loe gak ngenalin gue sih?” tanya pemuda itu yang sedari tadi
belum membuka helmnya. Yn pun jadi tambah bingung. Dengan ragu-ragu yn menjawab
pertanyaanya, “Zayn?” jawabnya setengah berbisik. “ Ternyata penalaranmu masih
tetap hebat ya!” kata pemuda itu sambil tertawa. “Kau benar-benar Zayn???”
tanyanya, kali ini setengah berteriak. Tanpa menjawab, pemuda itu langsung
membuka helmnya. Yn memperhatikannya dengan seksama dan sesekali mengusap
matanya. Setelah yn yakin akan penglihatannya, yn langsung melompat seraya
memeluk Zayn, “ Astaga, ternyata loe emang Zayn. Heh, gue capek Zayn dari tadi
gue di buat kaget melulu. Koq loe gak ngabarin gue sih kalau loe mau kesini?
Hampir aja gue jantungan tau gak!.” Tanyanya pada Zayn sedikit kesal dan malu
karena tadi langsung memeluknya. “ Ya, buat ngasih kejutan lah sama loe. O, ya!
Koq, pelukannya di lepasin sih?” tanya Zayn meledeknya. “Huh, maunya! Oh
ya Zayn! Gue baru ingat, sekarang udah jam berapa?” tanyanya pada Zayn. “ tujuh
kurang lima belas menit” jawab Zayn santai. “ Aduh, bagaimana ini? Lima belas
menit lagi bel masuk. Apa gue gak usah masuk sekolah aja ya hari ini?” tanyanya
setengah pada diri sendiri. “Kenapa? Apa karena bajumu itu?” tanya Zayn
bingung. “Iya Zayn, ini semua karena orang sinting yang gue temuin tadi pagi.
Namanya Harry.” Tuturnya kesal, mengingat kejadian tadi. “Owh, ya sudah! Cepat
naik ke motorku, kita ke sekolah sekarang.” Kata Zayn memberikan solusi. “Kita?
Emang loe sekolah di sana juga?” tanyanya bingung. “Udah, cepetan naik!” seru
Zayn yang sudah siap berangkat. “Dengan pakaian seperti ini?” tanyanya
bertambah bingung. “Ah, itu gampang! Ayo, cepat naik!” seru Zayn menyuruh yn
bergegas. “Ehm, iya deh! Tapi loe harus janji, loe gak akan buat gue malu di
hadapan teman-teman nanti.” Katanya agak sangsi. “Sipp, loe tenang aja!” kata
Zayn meyakinkan yn walaupun yn belum benar-benar yakin. Lima menit berlalu,
kini yn telah sampai didepan gerbang sekolah, dan tinggal sepuluh menit lagi
bel masuk berbunyi. Yn pun bergegas turun dari motor dan segera lari kearah gerbang.
Namun, langkahnya terhenti saat yn ingat bahwa seragamnya masih penuh dengan
lumpur. Yn pun segera berbalik dan kembali berlari kearah Zayn. “Zayn, gimana
ini? Sepuluh menit lagi bel masuk. Sedangkan seragam gue masih...” belum sempat
yn menyelesaikan kalimatnya, Zayn segera menyuruhnya diam. yn bingung, belum
lagi ketika dia menarik yn berjalan kearah belakang gedung sekolah, yn hendak
menanyakan ini semua kepadanya tapi tidak diizinkan oleh Zayn. Sekarang, dia
berdua ada di depan sebuah bangunan yang lumayan besar, dan di depannya yn
melihat sebuah papan nama bertuliskan “KOPERASI SEKOLAH”. Sekarang yn mengerti,
dia hendak menyuruhku membeli seragam baru dan menggantinya disini. “Kamu
tunggu di sini dulu ya, gue pengen ngambil sesuatu di dalam.” Kata Zayn, dan
langsung meninggalkannya sendirian di pintu masuk. Zayn masuk ke dalam koperasi
tersebut dan keluar dengan membawa dua bungkusan yang tidak bisa yn tebak apa
isinya. “Nih, buat loe. Gue pengen loe pakai semua yang ada dalam bungkusan
itu” kata Zayn seraya memberikan kedua bungkusan itu kepadanya. “Tapi Zayn, gue
pengen ini semua loe jelasin ke gue.” katanya, yang semakin bingung karena
diberi kedua bungkusan yang sama sekali tidak yn inginkan dan tidak yn ketahui
apa isinya. “ Udah ntar aja gue jelasin semuanya ke elo, yang penting loe
sekarang cepat ganti baju karna bel masuk tinggal lima menit lagi. Oh ya, satu
lagi, kalau loe udah selesai, loe masuk ke ruang 13 ya, kebetulan kita
sekelas.” Kata Zayn. “ Iya deh!” kata yn, walaupun sebenarnya yn masih sangat
bingung mengenai apa yang sedang terjadi. “Dan satu lagi, jangan sampai ada
yang tak terpakai ya” pinta Zayn
###
Bab 3
“ kenapa jadi begini
???”
Karena sangat penasaran, yn pun segera bergegas ke ruang ganti untuk melihat
isi dari bungkusan itu. Sesampainya yn di ruang ganti, yn langsung melihat isi
dari bungkusan itu. Ternyata isinya sebuah seragam hari ini dan ditambah dengan
sebuah tas berwarna merah, pita yang berwarna merah, dan sebuah rompi yang
berwarna merah juga. “Untuk apa ini semua? Tadi Zayn bilang, “jangan sampai ada
yang tidak terpakai”. Apa maksudnya semua barang-barang ini ya?” Tanyanya pada
dirinya sendiri. “Tapi, daripada gue jadi tambah bingung, mending gue langsung
make’ ini semua, dan nanyain sama Zayn” katanya pada yn sendiri.
“Wah, gimana Yn, loe suka sama yang gue kasih ke elo?” tanya Zayn kepadanya.
Saat ini yn sedang berada di ruang 13, yaitu ruang sastra bahasa Indonesia.
“Nah, karena gue udah nurutin semua keinginan loe, jadi sekarang loe jelasin ini
semua ke gue, Okay?” kata Yn. Ia kemudian duduk di kursinya, tepat di sebelah
Zayn. Karna sibuk dengan urusannya, ia sama sekali tak memperhatikan keadaan di
kelasnya. Bahkan ia tak menyadari bahwa sedari tadi ada orang yang
memperhatikannya! “Hanya satu kata, oleh-oleh” kata Zayn menjawab penuntutan
Yn, lalu berbalik menghadap papan tulis karena guru mata pelajaran tersebut
sudah datang. Yn yang mendengar perkataan Zayn hanya bengong dan bungkam seribu
bahasa, ia tak menyangka penjelasannya hanya sesingkat itu. Ia pun memutuskan
untuk menyimpan kekecewaannya sampai mata pelajaran ini selesai.
“ Baik anak-anak, berhubung ini adalah hari pertama kalian di sekolah ini, dan
kebetulan sekali mata pelajaran pertama kita adalah sastra bahasa Indonesia,
maka Bapak menugaskan kalian untuk memperkenalkan diri kalian satu persatu di
depan para teman baru kalian. Namun sebelumnya, Bapak akan memperkenalkan diri
Bapak terlebih dahulu. Nama bapak, Yaser Malik, biasa dipanggil pak Yaser
atau pak Malik. Bapak sudah mengajar disini kurang lebih delapan tahun.
Semoga kalian betah diajarin sama bapak. Nah, baiklah, kita mulai saja ya!
Bapak mulai dari barisan paling kiri terlebih dahulu ya” kata pak Malik panjang
lebar. Setelah beberapa anak maju untuk memperkenalkan diri termasuk Zayn dan
dirinya, majulah seorang pria untuk memperkenalkan dirinya. “Hai teman-teman,
kenalin, nama gue Harry Styles, hobby gue basket dan diving, Oh ya, satu lagi
buat sekedar informasi, gue adalah anak dari pemilik sekolah ini” Suara itu
sudah tidak asing lagi baginya, seketika itu juga ia mengangkat kepalanya dan,
binggo! Ia mendapati sosok yang dingin itu di depan matanya, ia adalah Harry
yang mengganggunya tadi pagi! “Sebentar, kayaknya gue kenal deh sama loe? Loe
Harry yang tadi pagi kan?” tanyanya menyelidik. “Mungkin, tapi sayang, gue gak
kenal sama loe” kata Harry dingin. “Heh loe sombong banget sih jadi orang!”
bentak Yn. “Sudah-sudah, jangan bertengkar di sini! Ini kelas bukan arena adu
mulut!” kata gurunya. “Maaf pak, saya tidak akan mengulanginya lagi” kata Yn,
ia pun kembali duduk. Ia menatap Harry yang berjalan menuju kursinya dengan
sinis. “Ingat ya, urusan kita belum selesai!” bisik Yn saat Harry melewatinya,
namun Harry tak memperdulikannya.
“Yn, apa itu orang yang gangguin loe tadi pagi?” tanya Zayn setengah berbisik,
disela-sela pelajaran. “Iya,dialah orang yang gue temuin tadi pagi. Orang gila
yang seneng banget pamer tanpa memikirkan perasaan orang lain" kata Yn
kesal.
“Tenang aja Yn, kalau dia berani gangguin loe
lagi, loe bilang aja ke gue” kata Zayn penuh keyakinan. “Eh, sejak kapan
pangeran kecilku jadi preman kayak gini?” kata Yn setengah meledek. Setahunya,
Zayn paling tidak suka jika di ajak berkelahi. Wajah Zayn mendadak menjadi
merah padam menahan malu. “Ah, loe jangan manggil gue kayak gitu dong, malu
nih! Gue udah bukan anak kecil yang ngasih elo mahkota dari bunga mawar lagi”
kata Zayn mengingat masa kecilnya. “Trus kalau gak mau di panggil pangeran
kecil, mau di panggil apaan? Preman Kuta?” kata Yn terus meledek. “Hush!
Mentang-mentang gue dari Bali loe manggil gue Preman Kuta? Kayak gak ada nama
yang laen aja!” kata Zayn. “Huh sombong banget, baru dari Bali, gimana kalau
dari Australi loe?” Kata Yn.
“ Baiklah anak-anak, bapak mulai pelajaran hari
ini dengan....” Pak Malik mulai menjelaskan seputar pelajaran Bahasa Indonesia.
Namun, terkadang sedikit melenceng yaitu seputar keluarganya. Ia bahkan
bercerita awal mula bertemu dengan isterinya, asal usulnya, dan juga mengapa ia
bekerja sebagai guru. Iseng-iseng ia menoleh kebelakang, yaitu kearah Harry. Ia
lalu mendapati Harry sedang asyik mendengarkan cerita dari Pak Malik. Namun,
tanpa diduganya, Harrymenatap kearahnya dengan tiba-tiba. Merekapun saling
bertukar pandang. Yn langsung salah tingkah dan bergegas mengalihkan
perhatiannya ke tempat lain.
“Ihh, sial banget sih gue hari ini! Belum apa-apa hari pertama gue hancur
sudah, gara-gara monster yang entah dari mana asalnya.” Kata Yn kesal. Saat ini
ia sedang berada di kantin sekolahnya bersama Zayn. “Udah, orang kayak gitu gak
usah di urusin!” kata Zayn cuek sambil terus mengunyah pizza yang tadi
dibelinya. “Gimana gue gak kesel coba ? Gue sama dia itu baru kenal tadi pagi,
tapi dia itu udah ngehancurin sebagian dari hari terbaik gue!” kata Yn kesal
sambil mengaduk-aduk Mokanya dengan kasar. “Apa perlu gue ngasih pelajaran sama
dia?” tanya Zayn. “What?! Apa gue gak salah denger nih? Kenapa loe mendadak
jadi aneh begini? Gue kenal banget sama Zayn, dan ia paling benci sama yang
namanya berantem” Kata Yn heran karena sedari tadi Zayn selalu menawarkan
jasanya. “Zayn sekarang, beda sama Zayn yang dulu. Gimana gue mau dibilang
Gentleman kalau berantem aja gue gak berani? Bukan Romeo namanya kalau hanya
berpangku tangan saat Juliet dapat masalah” kata Zayn dengan nada sok
menggurui. “Hah?! Maksud loe apaan? Gue sama sekali gak ngerti sama yang elo
bicarain. Koq lama-lama loe jadi aneh kayak gini sih?” kata Yn benar-benar
bingung. “Haduh! Loe ini susah banget ngertiin orang ya!” kata Zayn gemas.
“Susah ngertiin orang? Ini lagi, emangnya kapan gue pernah nyuekin elo atau
menelantarkan elo?” kata Yn salah paham. “ihhhh.... gemes deh sama loe ini!
Maksud gue bukan begitu, maksud gue itu...” “Alah, udalah, loe ini bukannya
ngebantuin gue malah nambahin kekesalan gue aja! Tau gini, gue gak akan pernah
cerita sama loe!” kata Yn. Ia pun bergegas pergi meninggalkan Zayn. “Loh, koq
malah ngambek sih? Haduh, Yn, tungguin gue...!” kata Zayn bergegas mengejar Yn.
###
Bab 4
“kejutan buat kamu”
“Yn, Yn, Dengerin dulu dong!” kata Zayn
setelah berhasil mengejar Yn. “ Gue mesti dengerin apa lagi? Gue ini lagi
pusing sama monster yang satu itu, loe jangan nambahin lagi dong!” kata Yn kesal.
“Okay, kalau itu emang mau loe, gue minta maaf. Loe jangan ngambek gitu dong,
maksud gue tadi itu...” Zayn tak melanjutkan kata-katanya, karena pada saat
yang bersamaan Harry dua kawannya datang dan dengan ekspresi dingin menatap
mereka berdua dengan tajam. “Kalau mau pacaran, jangan di tempat kayak gini.
Loe emang gak bisa ya milih momentum yang cocok buat pacaran” kata Harry kepada
Zayn. Zayn langsung naik darah di buatnya. “Apa urusan loe? Mau gue ketemuan
kek, mau gue pacaran kek, mau gue nikahan sekalipun, ada gak adanya loe menurut
gue sama aja.” Balas Zayn dengan pedas. “Oh, begitu ya? Setidaknya kalau loe
mau nikahan, loe kabarin gue dong! Gue kan teman loe juga” kata Harry masih
tetap dingin. “What?! Temen gue? Kapan loe gue nobatkan sebagai teman?
Perasaan, gue belum pernah kenal sama loe?” kata Zayn tak mau kalah.
“Oh, kalau gitu kenalan dulu. Nama gue Harry Edward Styles. Kemarin, gue
ngabisin waktu libur gue di Bali. Tanpa di sengaja, gue ketemu sama orang yang
namanya Zayn. Dia nginap di hotel Made, tepat disebelah kamar hotel gue” kata
Harry tapi tidak dingin lagi namun terkesan lebih bersahabat. “Koq kayak
nama gue tuh? Waktu di bali, gue juga ketemu sama orang yang namanya Harry. Dia
itu nyebelin, rese’ dan susah banget dibilangin!” kata Zayn. “Senang bertemu
kembali” kata Harry sambil menjulurkan tangannya hendak berjabat tangan. “Loe
sekolah di sini juga? Bukannya waktu itu loe bilang, loe pengen ngelanjutin
sekolah di Inggris?” tanya Zayn sambil menyambut uluran tangan Harry dengan senang
hati. Yn yang sedari tadi hanya diam melihat mereka berdua bertengkar, kini
hanya bisa melongo melihat keakraban mereka berdua. “Awalnya sih gitu, cuman
gue pengen ngerasain SMA di sekolah milik bokap gue. So, kalau gue pikir-pikir
mendingan gue SMA disini trus masuk perguruan tinggi di Australi” kata
Harry.